Kondisi ini tentunya sangat tidak menguntungkan, terutama bagi para perajin. Bila diuraikan lagi, tingkat kesejahteraan buruh perajin bisa dikatakan sangat minim. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Bapak Drs H. Sjahroel Syamsudin ketika menjabat sebagai Konsultan Nasional Indonesia untuk ITC (International Trade Center) di Geneva dan dipublikasikan di International Trade Center, Geneva, Swiss pada tahun 2001, upah pekerja paling bawah di sektor kerajinan hanya 1 dollar US perhari (saat itu, kurs 1 dollar AS = Rp 9.000).
Sebuah kenyataan yang sulit untuk diterima akal sehat bagi negara yang sudah merdeka sejak tahun 1945. Padahal bila dikelola dengan baik dan benar, tentu tingkat kesejahteraan mereka bisa lebih baik lagi dan dapat hidup dengan layak.
Menyikapi hal tersebut, ide untuk menyelenggarakan pameran kerajinan bertaraf international semakin besar. Jajaran pengurus ASEPHI membulatkan tekad bahwa Indonesia harus memiliki kegiatan pameran kerajinan bertaraf international agar kesejahteraan pelaku di sektor kerajinan ini meningkat.
Tokoh-tokoh tersebut memiliki pandangan yang sama, Indonesia dengan kekayaan budaya memiliki potensi yang amat besar di bidang kerajinan, namun baru seujung kuku yang bisa dioptimalkan.Tingkat kesejahteraan di sektor ini juga masih sangat memprihatinkan.
Memulai sesuatu terkadang tak semulus seperti yang diharapkan. Bahkan tak jarang bila harus dibarengi aksi ‘berdarah-darah’ penuh pengorbanan. Begitu pula yang dirasakan penggagas The Jakarta International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) ketika pertama kali diselenggarakan pada April 1999.
Masa yang sulit tinggal cerita. Kini, INACRAFT telah menjelma menjadi sebuah pameran yang tidak saja bergengsi, tapi juga secara tidak langsung ikut menggerakkan perekonomian Indonesia. Dari waktu ke waktu, INACRAFT menjadi salah satu primadona bagi para perajin atau pengusaha kriya, bahkan ditunggu para buyers atau peminat handicraft mancanegara. Pameran ini memberi dampak naiknya nilai ekspor kerajinan tangan Indonesia.
Di sisi lain, kriya Indonesia terbukti menjadi salah satu primadona komoditas non-migas yang tahan banting. Ini terbukti saat krisis ekonomi datang menghempas, para perajin tak lantas gulung tikar. Malah sebaliknya, walau kecil, pendapatan negara dari sektor ini terbilang sangat bagus. Hingga akhirnya industri kriya kini menjadi salah satu pilar ekonomi Nasional di negeri ini.
Tahun ini merupakan tahun istimewa kembalinya INACRAFT, pameran handicraft terbesar dan terlengkap di tanah air dimasa pandemik ini dan semoga membawa semangat kreatif sektor kerajinan karena akan hadir bersama provinsi kreatif. Secara khusus provinsi Jawa Barat sebagai ikon INACRAFT 2022 mengusung potensi seni dan budaya ekonomi kreatif khususnya sektor kerajinan serta pemulihan sektor pariwisata pada umumnya di tahun 2022.
Pastikan Anda berpartisiapasi mendukung program pemulihan Ekonomi Nasional dengan ikut serta di INACRAFT 2022 yang akan hadir tanggal 23 – 27 Maret 2022 di Balai Sidang Jakarta Convention Center. Bangga buatan Indonesia. Ayo belanja untuk bangkitkan ekonomi UMKM!